Detail Kaleidoskop: 100 Sajak Pilihan - Acep Iwan Saidi
Tahun Terbit: 2021 Tebal: 152 halaman ISBN: 978-623-6063-21-7
Melalui antologi ini saya menemukan Kang AIS asyik masyuk dengan Sang Waktu. Dan selalu saja ia memilih melakukannya di dalam sunyi. Kang AIS piawai menunjukkan kemesraannya dengan Sang Waktu dalam berbagai gaya. Semuanya menegaskan kualitas adiluhung yang hendak ia gapai: Manjing ing kahanan, manunggaling kawula – Gusti.
Eep Saefulloh Fatah, Penikmat Sastra
Bagi Acep Iwan Saidi (AIS) menulis puisi adalah persoalan bagaimana “memandikan bahasa”. Dalam Kaleidoskop ia berupaya pula “memandikan” cinta, korona, demokrasi, teror, radikalisme, keadilan, politik, dan lainnya. Puisi-puisi AIS terkesan kalem namun menghadirkan resah yang sambung menyambung, susul menyusul. Selain menghadirkan refleksi, ia merespons berbagai peristiwa, di dalam maupun di luar negeri, dari Bekasi, Karawang hingga Rohingya. Sebagian puisi sangat prismatis, sebagian yang lain merupakan puisi pamflet yang menyentak kesadaran kita hari ini bahwa penyair selalu punya jalan untuk berjuang bersama puisi. Metrum dalam larik-larik puisinya kini menjadi ketukan indah yang ingin turut menjaga keberlanjutan dan keseimbangan denyut Indonesia.
Dr. Helvy Tiana Rosa, M.Hum, Dosen, Penulis, Pendiri Forum Lingkar Pena
Membaca puisi “Ruang Tunggu”, kok, hati saya deg-deg plas. Memanglah kita sedang menunggu antrian untuk dipanggil Allah dengan cintaNYA. Ibarat menunggu panggilan Sang KeKasih…rasa haru biru tak keruan. Kang AIS, Kata-kata yang di torehnya tak banyak, tapi menyingkap lalu menyelinap. Sungguh saya harus belajar. Bravo dan salut Uwa Ajengan Guru AIS.
Ratih Sanggarwaty, Politikus, Penulis, dan Motivator, Pernah Menjadi Anggota DPR RI Periode 2014-2019.