Pengarang: Amin Mudzakkir Tahun Terbit: Desember, 2022 Tebal: 172 hlm/ 14 x 20 cm
Salah satu problem besar yang, mungkin, tak terpikirkan dalam sejarah pembentukan konsep negara-bangsa (nation-state) adalah hak asasi sekelompok imigran yang telah kehilangan status kewarganegaraannya. Kita lantas bertanya-tanya: apa yang dapat dilakukan filsafat—terutama filsafat politik—dalam memberikan, setidaknya, status ontologis para imigran yang tengah mencari suaka di negara lain setelah terusir dari negaranya sendiri?
Seyla Benhabib, salah seorang filsuf perempuan terpenting abad ini, mengajukan konsep “kosmopolitanisme lain” (another cosmopolitanism) untuk mengatasi kegagapan Teori Kritis secara khusus dan filsafat politik secara umum dalam menjawab persoalan tersebut. Etika diskursus publik yang dikembangkan Habermas, misalnya, dianggap tidak memadai oleh Benhabib karena kehilangan kepekaan terhadap isu-isu gender, disagregasi kedaulatan, imigran tanpa dokumen, pengungsi, dan imigran yang sudah tidak memiliki negara (stateless persons).
Benhabib mencoba melampaui keterbatasan Habermas tersebut, dan dengan demikian, ia telah memberi tenaga baru bagi filsafat politik dewasa ini.