Kita sudah merdeka. Dan merdeka itu terhormat. Apa kita harus jadi orang tak terhormat lagi? Tidak mau! Saya mau jadi tentara saja kalau begini!
Sudah banyak buku ditulis tentang masa sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, baik dalam bentuk rekaman sejarah, kenangan, analisis, buku pelajaran, maupun dalam bentuk Iain—Iain lagi. Namun kiranya baru kali inilah masa sekitar Proklamasi Kemerdekaan ditampilkan ke tengah masyarakat lewat kacamata seorang anak. Sesungguhnya tidak ada revolusi yang tanpa ikut serta anak—anak, dan tidak ada revolusi di mana semua anak—anak bersikap pasif sebagai pelengkap derita belaka . Namun ironisnya, apa pun hasil revolusi itu, mau tak mau, anak—anak tetap menanggung akibatnya Oleh karena itu suara anak—anak tentang revolusi patut dan harus didengar. Buku ini memang kecil, tapi hal itu tak mengurangi artinya sebagai salah satu sarana untuk memahami, apa yang selama ini kita rujuk sebagai nilai—nilai revolusi. Dan, dengan itu pula kita mencoba memahami apa yang kita namakan cita—cita Revolusi Agustus 1945, seperti di antaranya tercermin dalam teks Proklamasi Kemerdekaan, teks Pancasila, dan teks Undang—Undang Dasar 1945 .
Penerbit: Pataba Press Tebal: xii + 168 hlm | Bookpaper Dimensi: 14x21 cm | Soft Cover