Detail Soedirman Perang Gerilya dan Revolusi Indonesia - Kholid O Santosa
SEPANJANG route yang jaraknya 43 km itu rakyat berderet-deret di tepi jalan. Orang-orang sederhana keluar dari desa-desanya dan dengan berdiam diri memandang jenazah. Suasana yang hening, mengingkari hadirnya ribuan manusia yang berjejal-jejal, berhimpit-himpit di kedua tepi jalan. Ketika iring-iringan tiba di Yogyakarta, khalayak yang menunggu di sepanjang jalan kian menebal, hingga akhirnya di alun-alun utara berjubal-jubal. Jenazah diturunkan sebentar untuk dishalatkan di Mesjid Agung, tempat almarhum begitu sering melaksanakan ibadah.
Mengapa tokoh yang kurus dan rapuh itu telah mem¬peroleh tempat yang begitu hangat di dalam dada orang dari sekian banyak lapisan masyarakat, yang sebagian terbesar belum pernah melihat wajahnya? Mengapa orang yang baru empat tahun hadir pada pentas nasional dapat memperoleh tempat di sisi sekian banyak pemimpin-pemimpin bangsa yang telah sela¬ma beberapa puluh tahun menjadi buah bibir khalayak ramai?
Dan saat musuh merajalela di daerah kita, jangan sekali–kali para komandan turut memikirkan akan datangnya perundingan, karena akibatnya hanya akan merugikan pertahanan dan perjuangan belaka.
Ingat dan insyaflah, bahwa penderitaan pahit semenjak 19 Desember 1948 itu disebabkan karena sebagian besar para pemimpin kita, baik sipil maupun militer, sama–sama terpikat oleh perundingan, sehingga mereka lupa bahwa Belanda telah bersiap–siap lengkap di depan pintu kita.
Judul : Soedirman: Perang Gerilya & Revolusi Indonesia Penulis : Kholid O Santosa dan Akhmad Nasir Halaman : 190 hlm Ukuran : 14 x 21 cm ISBN : 978-97998465-9-6