Percintaan masa remaja, kuliah, dan bekerja menjadi rangkaian dalam kisah di novel ini. Tiga fase kehidupan dalam urusan cinta antarmanusia terjadi pada para tokoh yang bertemu. Berlatar di Kota Solo, Yogyakarta, Sragen dan Nganjuk―Jawa Timur, kita diseret di tahun ketika belum marak Instagram, Google Meet, Zoom, Cisco Webex, Grindr, Hornet, Telegram, Wechat, dan aplikasi pertemuan lainnya. Bahkan di novel ini tentu belum ada WhatsApp, yang ada berupa SMS, BBM, Mig33, tapi Facebook sudah ada.
Kadang dan bahkan sering berkenalan di media sosial dan aplikasi pertemuan begitu asyik daripada di dunia nyata. Keasyikan ini diperlihatkan secara nyata hingga antartokoh saling berjumpa dan bercinta. Bahkan terjadi pembunuhan sadis. Cinta berujung kepedihan, meregang nyawa, dan luka di hati. Pencarian cinta memang tidak pernah sirna selama masih ada hasrat menggebu. Dapatkah para tokoh yang didominasi pria-pria tampan mengobati luka dan kepedihannya?
Sad Boys adalah novel debut Ngadiyo yang terbiasa menulis memoar kisah nyata, membawa kepada pembaca seolah benar-benar membaca true story. Kisah tentang cinta anak muda yang mencari tambatan hati sekaligus eksistensi diri. Penuh rahasia, gengsi, dan harga diri. Luka hati terjadi dan membawa kepedihan masing-masing.