Detail Membaca Takdir yang Tenggelam - Fahrudin Nasrulloh
Apakah masa depan yang batal barangkali adalah Fahrudin? Esai-esainya ini merupakan titik-titik kecil yang berserak. Takdir membuat titik-titik kecil ini tak punya peluang bagi penulisnya sendiri untuk mengembangkannya lagi. Dalam masa tugas pendek kepenulisannya, titik-titik kecil yang Fahrudin wariskan ternyata masih hidup sesudah hayatnya tamat-ini berkah masa depan yang lain, yang membuat masa lalu tak mati pada masa kini. - Binhad Nurrohmat, sastrawan
Esai-esai almarhum Fahrudin ini nggapleki. Ibarat petualang, ia terbang ke berbagai khazanah dunia, lalu kembali ke bumi asal dengan membawa persoalan. Nggathelinya, ia tidak menawarkan solusi, tapi sekian pertanyaan dan sejumlah kegelisahan yang semakin relevan untuk ditungkuslumusi ketika kehidupan sastra, seni, dan budaya terancam senjakala. - Mashuri, pegandrung dangdut dan sastra
Esei-esei Fahrudin Nasrulloh memiliki karakter kuat dan teknik yang khas; bahasanya menakik hal-ihwal subjek melalui eksplorasi kata-kata selayaknya ia menulis sajak atau cerita. Dalam esei yang cenderung ringkas ia bisa membincang (bukan meringkus) banyak soal dengan gema panjang. Ia berangkat dari gagasan, pengamatan, pengalaman, kadang sedikit riset, dan referensi yang ketat. - Ruudal Tanjung Banua, penyair dan penulis cerita
Judul Buku: Membaca Takdir yang Tenggelam Penulis: Fahrudin Nasrulloh Penyunting: Dadang Ari Martono Penerbit: Pelangi Sastra, 2019 Kategori: Esai Dimensi: 13x20 cm l Softcover Tebal: 230 hlm l Bookpaper Harga Normal: 75.000