Mpu Prapanca dalam Nagarakertagama menyebutkan bahwa keberadaan Candi Jawi (yang juga dikenal dengan sebutan Candi Jejawi/Jejawa) erat kaitannya dengan kakek buyut Raja Hayam Wuruk, yaitu Sri Kertanegara. Candi ini telah ada semenjak zaman Kerajaan Singasari yang mana setelah Sri Kertanegara wafat, sarira Sang Raja juga dicandikan di sana. Tak pelak Candi Jawi menjadi monument dan sumber sejarah yang menyiarkan masa kejayaan Singasari dan Majapahit. Apalagi creator candi tersebut adalah Kertanagara.
Laporan perjalanan yang ditulis Prapanca tersebut juga mengisahkan tentang kekuasaan Ken Angrok (Rajasanagara), yang sebagaimana diceritakan di dalam Serat Pararaton membentang dari Tumapel hingga di timur Gunung Kawi. Sedangkan Sri Rajasanagara yang juga masih merupakan leluhur Sri Kertanagara dan Raja Hayam Wuruk serta menjadi cikal bakal Kerajaan Singasari dan Majapahit, menurut naskah Nagarakertagama dan Kitab Pararaton, bahwa Sri Rajasanagara setelah wafat dicandikan di Kagenengan. Informasi ini dan keterangan-keterangan lain yang ada sekaligus menjelaskan bahwa Kakawin Nagarakertagama dan Kitab Pararaton saling terkait. Demikian juga relief Candi Jawi dan Cerita Sutasoma.
Namun demikian, ada hal-hal yang masih tersamar di balik catatan Prapanca yang ditulis dalam Kakawin Nagarakertagama. Juga pembacaan relief Candi Jawi yang ternyata belum lengkap dan masih menjadi misteri hingga kini. Siapakah Mpu Prapanca sebenarnya, dan bagaimana misteri Candi Jawi itu?
Inilah yang dikaji lebih dalam oleh penulis dalam buku ini sehingga terbukalah tabir-tabir yang masih gelap supaya menjadi terang dan menjadi manfaat bagi siapa pun yang membacanya.