Kahlil Gibran nampak sebagai perpaduan yang indah antara Tagore, La Fontaine, Nietzsche, dan Sigmund Freud. (The Evening Transcript, 19 Maret 1927)
Keindahan ekspresi dan keindahan misteri yang terkandung dalam syair maupun parabel Mr. Gibran telah memenuhi standar tulisan kitab suci. (Jhon Heynes Holmes, Materi Urusan Gereja New York, dalam peluncuran buku Jesus the Son of Man, 1928)
Pengaruh Kahlil Gibran sedemikian luas, sehingga kita dengan mudah akan menemukan berbagai tulisan yang bercorak "gibranisme", bukan hanya di Timur Tengah, tetapi juga di amerika, Eropa dan bahkan Amerika Latin. (Philip K. Hitti, pakar Sejarah Kebudayaan Arab, dalam acara pemberian penghargaan kepada Kahlil Gibran oleh Arab-american Society,1929)