Detail Jalan Kematian Syekh Siti Jenar - Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.u
Kontroversi hebat muncul di seputar kematian Syekh siti Jenar yang misterius. Cahaya kemilau yang memancar dari jenazah Syekh Siti Jenar dan bau harum semerbak wangi jenazahnya, bertentangan dengan perlakuan pihak kerajaan Demak Bintoro dan Wali Songo terhadap Syekh Siti Jenar beserta pengikutnya. Lebih misterius lagi adalah sikap Wali Songo yang menukr jenazah Syekh Siti Jenar dengan bangkai anjing kudisan.
Pertentangan praktik sufi Syekh Siti Jenar dengan Wali Songo tampaknya terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah pada Wali Songo. Dalam sejarah Islam, praktik sufi yang lebih mementingkan aspek etik atau akhlak, sering kali ditindas elite penguasa Islam yang didukung elite ulama ahli syariah. Berbagai takanan politik harus dihadapi para penganut sufi. Tidak jarang tokoh sufi itu harus menghadapi nasib tragis hukuman mati penguasa Islam seperti yang dialami al-Hallaj yang dihukum pancung pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi.
Selain menekankan fokus perhatian pada jalan kematian Syekh Siti Jenar dan pengikutnya, buku ini juga memuat kelahiran Mas Karebet (Joko Tingkir) dalam suasana kematian Ki Ageng Tingkir. Mas Karebet inilah yang nantinya akan terlibat di dalam konflik kekuasaan pasca-kerajaan Islam-Demak. Karena itu, akan penting artinya bagi studi pertentangan keagamaan yang melibatkan kekuasaan politik, dan bagi studi perkembangan Islam di Jawa, terutama bagaimana kaitan konflik keagamaan dengan perkembangan politik di Indonesia modern kemudian hari.