Dari Selatan Pyongyang. Di penjuru utara musim-musim berubah dan garis pembatas semenanjung belum terhapus. Bayangan 1953 bertahan seteguh pintu tebal terkatup rapat di perbatasan. Dari selatan Pyongyang mimpi bertumbuh dan dentang lonceng belum membangunkan masa depan. Tahun-tahun luruh semuram musim gugur di Seoul dan Pyongyang.
Sebagai negeri yang oleh Binhad dikontruksikan ‘asing’, Korea menjadi ruang dengan berbagai khazanah budaya yang membuat pendatang mengalami keterasingan bahkan ketersesatan sehingga dia harus beradaptasi dan bernegosiasi. Pengalaman terasing justru menjadi sumber inspirasi untuk menuliskan dan menarasikan kisah. Sementara, sejarah Korea yang dilumuri tragedi berdarah perang saudara Korsel dan Korut nampak begitu menyita perhatian Binhad Nurrohmat. Terbukti banyak puisi-puisi Binhad mengangkat hal ihwal sejarah kelam tersebut. Perang Korea dan dampak- dampak politik, sosial, budaya dan ekonomi yang terepresentasikan dalam puisi telah cukup menolong Binhad agar tak terjebak pada godaan untuk menulis ‘puisi-puisi pelesiran’ di Korea—meskipun kita masih bisa menemukan puisi Binhad yang seakan tengah mengajak kita bertamasya di Korea.
Judul Buku: Dari Selatan Pyongyang Penulis: Binhad Nurrohmat Penerbit: Pelangi Sastra, 2020 ISBN: 9786236937006 Kategori: Puisi Bahasa: Indonesia Dimensi: 12 x 19 cm | Soft Cover Tebal: xxvi + 66 hlm l Bookpaper Harga: 48.000