Detail Daratan dan Kepulauan Riau dalam Catatan Arkeologi dan Sejarah
Secara geografis, Riau terletak di bagian tengah pantai timur Sumatra, berhadapan dengan Selat Melaka. Pada Juli 2004, kawasan ini secara administratif dibagi menjadi dua, yakni Provinsi Riau yang mencakup daratan utama di Pulau Sumatra, dan Provinsi Kepulauan Riau yang meliputi sekelompok pulau di Selat Malaka antara Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung. Wilayahnya sangat strategis, berada di persimpangan jalur pelayaran-perdagangan dunia, menyebabkan wilayah ini menjadi semacam melting pot kebudayaan berbagai bangsa di dunia: India, Arab, Eropa, dan China.
Jejak pengaruh peradaban bangsa-bangsa tersebut terekam dalam catatan sejarah maupun tinggalan arkeologis di wilayah ini, baik di daratan maupun kepulauan. Peradaban Riau telah meninggalkan buktinya sejak periode yang cukup awal. Penemuan berbagai artefak batu di Situs Logas, Sungai Singingi di Kabupaten Kuantan Singingi mengindikasikan adanya penghunian di wilayah ini sejak periode Paleolitik (Wiradnyana, 2018).
Kompleks percandian Buddha Muara Takus di tepi bagian hulu Sungai Kampar, di Kabupaten Kampar, memperkuat kehadiran Kerajaan Buddhis Sriwijaya abad ke-7-11 M. Kerajaan-kerajaan lokal ini pun tercatat eksis di wilayah Riau sezaman dengan Kerajaan Majapahit abad ke-8 - 15 M. Pascapengaruh Hindu-Buddha, kawasan ini berkembang menjadi kerajaan Islam, misalnya Kesultanan Indragiri dan Siak Sri Inderapura yang mendominasi pelayaran-perdagangan Selat Malaka. Sebelum akhirnya jatuh ke dalam Pax Neerlandica dan sebagian dihapuskan oleh Belanda pada awal abad ke-20 M.