Novel kuat yang mengambil latar belakang dunia ningrat dan tuan tanah di Bengala pada 1908 ini secara bagus menjalin tumbuhnya sebuah kisah cinta dengan kesadaran politik. Bimala tercabik-cabik antara kewajiban terhadap suaminya, Nikhil, dan tarikan yang teramat kuat dari Sandip sang pemimpin gerakan politik yang radikal dan memukau. Ia berjuang keras untuk mengatasi perbenturan yang tak terdamaikan antara tertib dunia rumah dan kebebasan--bisa juga keliaran--dunia luar.
Kisah Bimala itu boleh jadi merefleksikan konflik internal India sendiri yang membayangkan pemecahannya yang tragis pada 1947. Kita bisa merasakan kompleksitas dan dimensi-dimensi sosial pada masa Tagore untuk memahami zaman kita. Namun demikian, novel ini tetaplah sebuah karya sastra yang secara indah menggambarkan lubuk batin manusia yang subtil dan tak terpermanai.