Dalam politik bahasa, pemerintah kolonial Hindia Belanda berbeda dengan sikap para imperialis Portugis, Spanyol, Inggris, atau Perancis yang memaksakan bahasa mereka di tanah jajahan. Belanda tidak mempropagandakan bahasa Belanda. Sejak abad ke-17 sampai abad ke-19, pemerintah kolonial Hindia Belanda justru mengkampanyekan bahasa
Melayu hingga menjadi sebuah instrumenidentitas nasional bagi masyarakat Hindia Belanda.
Saat berada di tangan para elite penguasa Belanda atau para linguis Eropa, bahasa Melayu tidak hanya sebagaimana dimiliki dan dipahami oleh para penuturnya, tapi mereka juga menyentuh, memodifikasi, dan mengubahnya. Dalam istilah Hoffman, bahasa Melayu sudah menjadi "Indies
Malay" (bahasa Melayu Indis) baik secara geografisatau linguistik.
Bagaimana dan siapa penggerak bahasa Melayu yang kemudian diberi nama bahasa Indonesia ini sampai punya posisi yang sangat istimewa di seluruh wilayah Indonesia?
Inilah wilayah polemik akademik yang sangat menarik dalam sejarah bahasa politik dan politik bahasa di Indonesia.