inggal Tengku Hudzail al-Alaf dan Datuak Sati yang bergulat dengan puluhan Laskar Putih. Bertubi-tubi tombak, pedang, dan badiak menghujani mereka berdua. Sekali mereka berkelit, menghindar. Tapi sabetan itu terlalu banyak, hingga akhirnya. "Sreeeetzzttttttttttss!"
***
Perang Paderi memang meninggalkan kenangan heroik sekaligus trauma dalam memori bangsa Indonesia. Periode pertama perang itu (1803-1821) adalah perang saudara. Praktis yang saling berbunuhan adalah orang Minang dengan Mandailing (Batak).
Perang ini disebabkan keinginan para ulama di Kerajaan Pagaruyung untuk menerapkan dan menjalankan syariat Islam sesuai mazhab Wahabi. Kemudian pemimpin para ulama yang tergabung falam Harimau nan Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Raja Pagaruyung Sultan Muning Alamsyah beserta kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Diilhami dari sejarah Mohammad Solihin merangkai cerita dalam novel ini menjadi menarik. Dibungkus dengan bahasa yang indah, pembaca akan disihir dengan keuntungan novel ini sendiri. Mampukah Tengku Hudzail al-Ala dan Datuak Sati bertahan dari puluhan tombak, pedang, dan badiak para Laskar Putih?