Di balik setiap sejarah besar ada tokoh-tokoh besar dan di balik tokoh-tokoh besar itu selalu ada seorang wanita agung. Wanita agung itu biasanya satu dari dua, atau dua-duanya sekaligus, sang ibu atau sang istri. Bahwa prestasi seorang tokoh, lahir ketika seluruh energi dalam dirinya bersinergi dengan momentum di luar dirinya, tumpah ruah bagai banjir dalam ruang sejarah dengan tenang. Wanita bagi banyak tokoh besar adalah penyangga spiritual, sandaran emosional, dari sana mereka mendapat ketenangan dan kegairahan, kenyamanan dan keberanian, keamanan dan kekuatan.
Wanita, ibu dan istri adalah kekuatan emosi. Mereka ibarat padang jiwa yang luas dan nyaman, tempat kita menumpahkan sisi kepolosan dan kekanakan kita, tempat kita bermain dengan lugu dan riang, saat kita melepaskan kelemahan-kelemahan kita dengan aman, saat kita merasa bukan siapa-siapa, saat kita menjadi bocah besar. Itu sebabnya Umar bin Al-Khathab mengatakan, "Jadilah engkau bocah di depan istrimu, tapi berubahlah menjadi lelaki perkasa ketika keadaan memanggilmu. Para tokoh selalu mengenang saat-saat indah ketika ia berada dalam pangkuan ibunya, dan selamanya ingin begitu ketika terbaring dalam pangkuan istrinya.
Siapakah yang pertama kali ditemui Rasulullah setelah menerima wahyu pertama dan merasakan ketakutan luar biasa? Khadijah! Maka ketika Rasulullah ditawari untuk menikah setelah Khadijah wafat, beliau mengatakan "Dan siapakah wanita yang sanggup menggantikan peran Khadijah?" Buku ini, menggambarkan kebesaran wanita-wanita hebat, semisal Khadijah. Karena mereka, ayat-ayat suci itu turun, dan dari rahim mereka pula telah lahir orang-orang besar yang telah membuat sejarah besar.