Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu adalah khalifah keempat dari Khulafaurrasyidin, sebuah estafet kepemimpinan yang selau berada dalam petunjuk dan hidayah. Ali bin Abi Thalib melanjutkan tongkat kepemimpinan para pendahulunya Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, dan Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhum. Kepemimpin yang tegak atas baiat kaum muslimin, yang berjanji setia dan ridha untuk melanjutkan risalah dakwah yang diemban oleh Rasulullah.
Ali bin Abi Thalib adalah sepupu Rasulullah sekaligus yang pertama kali masuk Islam dari kalangan pemuda. Ia juga dikenal sebagai panglima pemberani yang ahli dalam perang tanding, ahli dalam bidang fikih, ahli hikmah, sekaligus ahli strategi pemerintahan. Posisinya sebagai kerabat Rasulullah, membuat sebuah kelompok yang menganggapnya sebagai khalifah yang berhak menggantikan kepemimpinan Rasulullah. Bahkan ada yang mengagung-agungkannya secara ekstrem (ghuluw) sebagaimana dilakukan oleh kelompok Syiah Rafidhah. Namun, Ali bin Abi Thalib lebih memilih mengikuti kesepakatan kaum muslimin untuk membait Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pengganti Rasulullah. Ia ridha berada dalam bait tersebut dan begitu memuliakan sahabat seniornya tersebut. Begitu pula dengan Abu Bakar, yang juga begitu memuliakannya.
Buku ini menceritakan secara menarik dan mendalam tentang sosok Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dari mulai kepribadiannya, kedalaman ilmu agamanya, kemampuannya dalam mengelola pemerintahan, dan seluk beluk konflik dan pertentangan yang terjadi pada masa kepemimpinannya, sehinga menimbulkan banyak kelompok sempalan, seperti Syiah Rafidhah dan Khawarij. Buku ini juga memberikan bantahan terhadap syubhat-syubhat pemikiran dan keyakinan yang menyimpang dari kelompok yang bersikap ekstrem dalam memuliakan Ali bin Abi Thalib. Termasuk membongkar hadits-hadits dhaif tentang kepemimpinan pasca wafatnya Rasulullah.