Pernahkah kamu begini? Mentok, gak tahu jalan, padahal udah berusaha. Sama. Saya juga pernah. Dalam karier, dalam urusan asmara, dalam berjejaring, dalam berkarya sebagai penulis novel dan sebagainya. Ini ada cerita. Waktu itu tahun 2013-2014. Tidak banyak penulis senior yang mau membantu memperlihatkan 'peta' pada saya. Beberapa penerbit, jangankan mau menerima naskah, tapi sudah duluan menutup pintu waktu saya sekadar menyapa. Namun, lama-lama kita menemukan orang-orang yang percaya akan visi kita. Lama-lama, tangan dan telinga yang mau memeluk impian itu bermunculan. Lama-lama, teman-teman kita berganti dengan yang mau saling mendukung. Saya mau memperkenalkan kata yang indah ini pada kalian. te-ro-ka/ v, meneroka/me-ne-ro-ka/ v membuka daerah atau tanah baru (untuk sawah, ladang, dan sebagainya); merintis; menjelajah Mari kita maknai kata itu sebagai usaha, menerabas, membuka jalan baru di tengah rimbunnya hutan belantara. Di saat tak ada peta, tak ada tangan mau membantu, tak ada cahaya yang menerangi. Bertualang, mencari tempat baru yang indah, untuk jadi rumah. Indah bukan? Pernahkah kamu merasa kehilangan arah, terbentur hingga babak belur, bahkan harapan harus terkubur? Tak ada teropong dan peta. Semua kerja kerasmu terasa kosong, jauh dari nyata. Baik dalam karier, pendidikan, hingga asmara. Inilah Teroka. Teman jalanmu, teman ceritamu. Sebuah kumpulan kisah dari kami para peneroka yang membuka jalan bersama menuju titik padu. Dari yang tekun meniti mimpi, hingga yang sempat berhenti dan memulai lagi. Sebab kami percaya, selama masih menyala api di dada, akan berbaris telinga dan tangan yang saling menjaga asa. Mari meneroka bersama.