Sinopsis: Pada 1986, Elie Wiesel mendapat Hadiah Nobel Perdamaian, dan mengacu pada Los Angeles Times, “dia (Elie) adalah Yahudi paling penting di Amerika.” Salah satu karya Elie yang paling kuat adalah trilogi Malam yang mencakup tiga cerita mencekam ihwal pengalaman pribadinya berhadapan dengan kekejaman Nazi atau lebih spesifik: holocaust.
Siang adalah buku ketiga dalam trilogi Malam. Novel ini mengurai berbagai tema tetapi subjeknya yang hakiki ialah setelah selamat dari berbagai peperangan keji, bagaimana seseorang masuk ke dalam dunia tak bermakna atau berbahaya? Terlepas dari segala yang menyerupai kehidupan normal, kehilangan segalanya kecuali kenangan, tokoh di dalam novel ini menderita oleh ketidakmampuannya bergantung kepada masa depan. Ia melawan kematian. Pula melawan kehidupan. Goyah di antara dua panggilan ini, yang sama brutalnya, ia hidup dengan ketakutan dan kenangan lamanya.
Pada kenyataannya, pertanyaan ini telah menghantui Elie sejak lama: masihkah hidup bermakna setelah lepas dari kamp Auschwitz? Dalam semesta yang terkutuk, masih mungkinkah harapan itu ada? Bagi seorang anak muda yang bertahan hidup dengan pengetahuan tentang hidup-mati yang melampaui orang-orang tua, tidakkah bunuh diri semenarik cinta dan iman?