Seni Menulis Esai. Esai adalah cermin yang memantulkan segala yang dicinta dan dibenci, bukan merepresentasikan kecerdasan, menggunakan etika yang tak berbatas, sebagai creatio ex nihilo. Esai bergantung kepada takdir dan permainan. Esai tidak bermula dari Adam dan Hawa tetapi dari apa yang hendak kita rundingkan; esai membincangkan suatu pokok masalah dan akan bethenti setelah si esais menganggapnya tuntas—bukan Karena tidak ada lagi yang tersisa untuk dikatakan.
Tak perlu menyesalkan setiap penghapusan. Panjang, suatu karya tidaklah penting, dan ketakutan bahwa karyanya tidak cukup dianggap naskah utuh, itu kekanak-kanakan. Tak perlu memantaskan suatu karya untuk mengada, sederhananya, sebab sendirinya karya itu mengada karena telah dituliskan.Jika beberapa kalimat tak lebih sebagai variasi dari gagasan yang sama, terkadang kalimat-kalimat itu hanya mewakili upaya berbeda untuk memahami sesuatu yang belum dikuasai penulis.