Masyarakat percaya fc^hwa dusun terpencil itu sebagai tempat kerajaan jin, sampai di kemudiari hari datang seorang kyai dan berhasil menaklukkannya. Namun mas'rh ada sekelompok jin berkepala batu, dan berjanji akan tettfp mengganggu.
Ketika itu, pasukan tentara membabi-buta. Semua tokoh masyarakat yang berada di lingkungan DI/TII ikut diciduk, termasuk Kyai Salamun. Tanpa hukum dan pengadilan, ia dijebloskan ke balik jeruji Nusakambangan hingga pesantren sunyi panutan.
Di tengah teror negeri yang menyelubungi kampung santri, sebagian besar perempuan pilih mengungsi. Namun Bu Nyai tetap tabah dan berani menghadapi pentungan maut. Sementara Slamet kecil terus mengaji di ruang tengah, di dekat lampu senthir dari minyak tanah.
Dan ketika jabatan telah memilihnya, sang tokoh bolak-balik di arena gelandangan raya. Menjadi santri yang menapaki takdir llahiyah, menjalankan amanah di sela nafas jutaan jemaah. Bersama tasbih kokaknya, ia terus berputar dalam wirid yang khusyuk. Menggetar, menyahdu, merasuk ke ulu-rindu.