Susan Sontag, dalam buku ini, mengamati dengan cermat fantasi-fantasi tentang kanker dan tuberkulosis di masa lalu. Pengamatan Sontag terarah pada penggunaan penyakit sebagai gambaran atau metafora dalam budaya kita. Padahal, bagi dia, penyakit bukanlah metafora, dan cara yang paling jujur dalam memandang penyakit ialah dengan menolak pemikiran metaforik semacam itu.
Fantasi-fantasi tumbuh subur karena kanker dan tuberkulosis dianggap lebih dari sekadar penyakit yang mematikan: mereka diidentifikasikan dengan kematian, seperti dalam pemerian sastrawan Franz Kafka terhadap tuberkulosis yang diidapnya sebagai “kuman kematian itu sendiri”.
Beragam contoh metafora dan citra penyakit yang dibabarkan Sontag dipulung dari pemikiran-pemikiran para ahli medis dan psikiater. Ia juga mengulik tulisan-tulisan Yunani dan abad pertengahan hingga tulisan-tulisan John Keats, Charles Dickens, Charles Baudelaire, Henry James, Thomas Mann, James Joyce, Katherine Mansfield, Frank Lloyd Wright, W.H. Auden, dan sastrawan-sastrawan lainnya di zaman kita. Sontag menganalisis pula tamsil militer dan fiksi ilmiah yang digunakan untuk membahas kanker, dan penggunaan tamsil penyakit dalam retorika politik, dengan menukil contoh-contoh dari Niccolò Machiavelli, Thomas Hobbes, Edmund Burke, John Adams, Friedrich Nietzsche, Filippo Tommaso Marinetti, Adolf Hitler, Antonio Gramsci, dan Leon Trotsky.