Sebuah studi sejarah bergaya Mrazek dalam skala yang lebih mikro, tentang proses pembaratan di kota kecil kolonial nun di tengah Sumatera, di dataran tinggi Minangkabau, kota dingin sarang hujan di jantung matriarkat, terjepit di antara gunung-gunung raksasa penuh mitologi. Kota dari masyarakat Muslim yang terkenal taat, pengikut adat-tradisi yang patuh lagi kukuh, tetapi begitu bersemangat dan bergairah merengkuh modernitas, ‘djaman kemadjoean’, pada suatu kurun-masa yang sangat menentukan dan memberi pengaruh, terentang panjang dari era pembentukan kota itu di masa Padri hingga kedatangan balatentara Dai Nippon.
Bagaimana persisnya pemodrenan atau pembaratan itu telah berlangsung dan seberapa mendalam jejaknya telah tertikam di situ? Disusun dari berbagai sumber-sumber sejarah yang beragam dan kaya, mulai dari roman-roman sebelum perang dan cerita-cerita rakyat setempat, surat-suratkabar dan berkala sezaman, dokumen-dokumen resmi penguasa dan catatan-catatan perorangan, kisah-kisah pelancongan hingga laporan-laporan ekspedisi para insinyur, buku ini mengetengahkan kisah-kisah sejarah yang mengalir dan memikat. Darinya kita akan tahu, seberapa jauh pembaratan atau pemodrenan telah berhasil di situ, di kota pedalaman nomor 1 terkecil di Indonesia itu.