Konon kita tengah memasuki era ‘postmodernitas’. Klaim ini ditopang oleh tiga tema: Kritik postrukturalis oleh Foucoult, Derrida, dan filsuf-filsuf lain penerus filsafat pencerahan; Macetnya apa yang dianggap sebagai Seni Modern Tinggi dan penggantiannya oleh bentuk-bentuk artistik baru; Munculnya apa yang disebut sebagai masyarakat ‘post-industri’ yang strukturnya di luar perkiraan Marx dan pemikir-pemikir kapitalisme industri.
Alex Callinicos membongkar semua tema tersebut. Ia menentang irasionalisme idealis dari Post-strukturalisme. Ia mempertanyakan adanya pemutusan radikal yang memisahkan Postmodern dari Seni Tinggi. Dan ia juga menyangkal bahwa perkembangan sosio-ekonomi sekarang menunjukkan perubahan fundamental dari pola klasik akumulasi kapital.
Akar pemikiran postmodernisme kontemporer seperti yang digagas Baudrillard dan Lyotard dilacaknya hingga pemikiran Nietzche. Tidak hanya itu, Callinicos juga dengan tajam membedah gagasan para pengkritik terkemuka postmodernisme, seperti Habermas dan Jameson, dan menguraikan cacat-cacat yang mereka derita. Bagi Callinicos, posmodernisme mencerminkan tak lebih dari sekedar kekecewaan generasi revolusioner tahun 68 dan masuknya banyak anggota grasi itu ke dalam ‘kelas menengah baru’. Posmodernisme paling gamblang dibaca sebagai satu gejala frustrasi politik dan mobilitas sosial ketimbang sebagai fenomena budaya dan intelektual.
CATATAN TOKO bonus buku
setiap pembelian 2 buku gratis 1 buku pilihan kami. berlaku kelipatan :) nikmati pula promo potongan ongkir semua buku yang kami jual original