“Akan ditutup sumurnya?” Pendeta heran mendengar itu. “Bukankah sumur itu satu-satunya sumber air minum kalian?” * Bercerita tentang kehidupan para pendatang dan suku asli Jayapura di tahun 1980-an, La Muli menyuguhkan persoalan sehari-hari masyarakat kampung nelayan di kota itu. Latar belakang nelayan pendatang dan persoalan tanah suku asli yang menjadi warisan masa lalu dipilih penulis sebagai upaya kritiknya terhadap permasalahan sosial dan ekonomi di kota paling timur Indonesia itu. La Muli, karakter sentral novel ini, adalah perantau dari pulau Buton. Ia menjadi representasi kehidupan keluarga nelayan miskin yang serba terbatas pilihan hidupnya.