Mamat—tak usah disebut modol-nya—sudah lama aku kenal. Hanya saja karena Peter CS takut, aku jadi jarang memanggilnya. Mau tak mau, jika mereka tak suka, aku pun tak suka. Sedangkan Ujang, aku tak begitu kenal karena dia baru muncul belakangan ini saja. Seringnya kuanggap dia caper. Kupikir kalian juga tak akan tertarik pada dua sosok ini, nyatanya aku salah.
Aku baru sadar bahwa ada yang berbeda dari dua hantu laki-laki itu. Keduanya merupakan jiwa periang yang membuat keadaan di sekitar menjadi hangat. Lokasi syuting yang menegangkan dapat dibuat cair oleh Mamat dan Ujang. Penampilan keduanya bisa dibilang cukup menyeramkan, tapi polah tingkah mereka sangat berbeda dibanding sosok-sosok lain yang pernah aku ceritakan.
Saat kuberi tahu tentang rencana menuliskan Mamat-Ujang, berbagai respons muncul dari kalian yang bersemangat ingin lebih jauh mengenal mereka. Gila pikirku, zaman sekarang hantu benar-benar tak ada harga dirinya sampai-sampaibanyak manusia yang tak lagi takut kepada mereka. Lalu aku kembali berpikir, Bukankah itu tujuanku? Membuat kalian tak lagi takut pada hantu?
Selamat datang kembali di Jurnal Risa, kali ini bersama Mamat dan Ujang.