Manusia merasa dirinya sebagai puncak dari proses penciptaan. Menurutnya penciptaan telah berakhir setelah mereka diciptakan. Hal itu yang membuat mereka merasa memiliki hak-hak istimewa dan menganggap diri setara dengan Tuhan untuk mengatur segala hal di dunia.
Mereka pun memosisikan dunia sebagai sesuatu yang hanya diciptakan untuk dirinya--dan karena itu--merasa berhak melakukan apa saja demi kepentingannya, tidak peduli semahal apa pun yang harus dibayar atas tindakan itu. Sedestruktif apa pun konsekuensinya.
Melalui dialog-dialog Ishmael dan muridnya dalam novel ini, Daniel Quinn menelanjangi perasaan superioritas manusia dengan sangat apik. Membaca karya brilian ini membawa kita pada perenungan mendalam: bagaimana menyelamatkan dunia dari diri kita sendiri? Bagaimana menyelamatkan dunia dari karakter merusak yang kita miliki--ketamakan yang semakin menjadi-jadi dan mengundang berbagai malapetaka di dunia ini.