Hamka menulis dengan melakukan perantauan. Melalui perantauan, ia mendapatkan banyak kontak pemikiran dan kebudayaan. Sebagai seorang nasionalis, peran sertanya dalam menjadi ketua MUI tidak dapat dimungkiri. Ia berani memberikan kritik kepada presiden Sukarno, meski setelah itu ia dipenjara.
Tidak ada dendam yang dilahirkan oleh Hamka. Ia tetap menulis meskipun di dalam penjara. Ia menuntaskan Tafsir Al-Azhar di dalam selnya. Dan, ketika ia bebas, ia sama sekali tidak merasa benci kepada Sukarno. Bahkan, pada kematian Sukarno, Hamka-lah yang menyalatinya.
Perjalanan yang menjadikannya penulis sekaligus Ulama', dan lebih dari itu sebagai penjaga adat Minangkabau, telah menjadikan Hamka sebagai Hamka yang dikenal saat ini. Tulisan dan pemikirannya abadi meskipun raganya telah mendekam di liang lahat.
CATATAN TOKO bonus buku
setiap pembelian 2 buku gratis 1 buku pilihan kami. berlaku kelipatan :) nikmati pula promo potongan ongkir semua buku yang kami jual original