Para feminis menyebut patriarki sebagai sistem dominasi laki-laki terhadap perempuan. Sebuah sistem yang memberi banyak privilese dan kekuasaan pada mereka. Namun, apakah laki-laki selalu diuntungkan olehnya? Tentu saja tidak.
Laki-laki harus membayar ongkos yang mahal karena patriarki telah mendehumanisasi dan meletakkan mereka dalam kotak besar “laki-laki ideal” yang memaksa mereka untuk bertindak, berperilaku, dan berpenampilan tertentu. Mereka dipaksa untuk terus memenuhi kategori-kategori maskulinitas hegemonik. Hasilnya justru efek destruktif berupa kecenderungan untuk melakukan kekerasan, ketidakmampuan berekspresi secara wajar sebab konon laki-laki dilarang bersedih apalagi mengungkapkan kelemahan meski memiliki banyak persoalan, serta mudah stres kala gagal memenuhi tanggung jawab khas laki-laki. Menjadi pencari nafkah misalnya.
Kesadaran ini menggerakkan sebagian laki-laki untuk mengambil jalan feminisme: menjadi laki-laki pro feminis. Itu berarti mereka telah bersiap kehilangan keuntungan dari struktur sosial patriarkis. Untuk menjadi laki-laki baru yang berkomitmen melawan segala bentuk dominasi dan penindasan serta mengutamakan dialog dan kompromi dalam menyelesaikan konflik dan perbedaan.
Lalu, apakah laki-laki yang ingin membela perempuan dapat dipercaya? Mungkinkah mereka bekerja melucuti privilese dan kekuasaan yang menguntungkan mereka selama ini? Apakah ada jaminan bahwa laki-laki tidak akan mengembalikan dominasinya atas perempuan?
Buku ini menguraikan kompleksitas laki-laki dalam patriarki serta memberi jalan menuju pembebasan. Untuk menjadi laki-laki baru yang berkomitmen melawan segala bentuk dominasi dan penindasan serta mengutamakan dialog dan kompromi dalam menyelesaikan konflik, juga perbedaan.