Mencari kebenaran adalah esensi filsafat. Sedangkan kebebasan menjadi ruh untuk berfilsafat. Karena itu, banyak filsuf yang hanya melayang-layang saja, meneliti berbagai hal yang mungkin dan tidak pasti, serta terus mencari dalam kebebasannnya. Karena itu, pada dasarnya filsafat tidak pernah sampai pada sintesis, namun hanya akan membentuk lingkaran pengetahuan yang berpusar pada tesis dan antitesis seiring dengan berdetaknya sejarah waktu.
Terminologi kiri, dalam ruang kesadaran pemikiran kita dewasa ini , dianggap sebagai terminologi anti kemapanan, bersifat revolusioner, reaksioner, dan kadang menyeramkan. Namun esensi yang menyeruak dalam relung-relung terminologi kiri telah menggugah kesadaran kita bahwa akan selalu ada counterpart yang akan menyeimbangkan hidup kita. Wacana nihilisme, dekonstruksi, otoritarianisme dan status quo. Dari pertarungan inilah sebenarnya sintesis kesempurnaan terejawantah.
Buku ini menawarkan sebuah tematisasi pemikiran para filsuf yang dicap Kiri oleh zaman. Tematisasi ini merupakan langkah yang tepat, seiring dengan parsialitas wacana yang tidak terejawantah dalam satu ikatan rangkaian. Oleh karena itu, buku ini lebih tepatnya telah melakukan rekonstruksi terhadap parsialitas bahasan tentang berbagai epistemologi ke-Kiri-an. Sebuah usaha yang patut diapresiasi. Dus, siapkah Anda untuk mengerutkan dahi? Berkerutlah selagi masih bisa!