Detail Birahi Maya: Mengintip Perempuan di Cyberporn - Ellys Lestari Pambayun
Mulanya saya dapat tawaran untuk main film, tapi tidak dijanjikan bayaran besar. Akhirnya keterusan jadi figuran. Bosen juga. Lalu saya ajukan ke produser untuk jadi pemain utama. Dia menyanggupi asal saya mau sedikit berani. Sekali-sekali saya mau jadi pemeran utama, asyik juga dan saya akan mulai dikenal orang. Dari sini saya mulai berani lagi. Karena penampilan saya yang sudah beberapa kali ini tidak mendapat respons negatif, maka saya pikir penonton merasa suka dengan film-film berbau porno. Saya juga menerima tawaran untuk pemotretan, pembuatan film VCD, dan ada yang nawarin take gambar untuk internet. Tapi, tidak terlalu banyak yang nawarin, hanya buat pengalaman saja. Selama konsumen suka dengan penampilan saya, saya juga akan terus bermain film. Citra saya sudah telanjur melekat sebagai pemain panas, ya sudah. FIRA (bukan nama sebenarnya), artis dan model di Jakarta Persepsi saya tentang cewek yang tampil di cyberporn, ya macam macam. Kalau cantik, saya merasa kasihan dan sangat menyayangkan karena dia kan mempunyai kelebihan, kenapa dipergunakan pada hal hal yang seperti itu? Tapi, kalau jelek, ya mungkin sudah nasibnya karena yang saya lihat seperti itu.Yuri (bukan nama sebenarnya), 35 Tahun, wiraswastawan di Bandung Penulis mengupas cyberporn yang melanda Indonesia bagai air bah. Dilengkapi sejumlah teori untuk memahami bahwa birahi selalu menarik minat anak manusia, bahkan menjadi komoditas niaga, budaya dan politik. Perempuan dan generasi muda adalah korbannya.Maria D. Andriana, senior journalist Antara
CATATAN TOKO bonus buku
setiap pembelian 2 buku gratis 1 buku pilihan kami. :) nikmati pula promo potongan ongkir semua buku yang kami jual original (promo tidak berlaku untuk paket hemat & flazzsale)