Detail Terapi Rumi untuk Keluarga Bahagia - Prof. Dr. Nevzat Tarhan
“Temukan dirimu sehingga kamu bisa meraih permatamu.”
“Cinta tanpa kompas mengarah ke jurang.”
“Carilah berbagai cara untuk mencintai dan dicintai daripada mencari alasan untuk tersinggung dan marah.” *** “Pernikahan tidak hanya sampai hari Jumat, tetapi sampai ke liang lahat. Kita harus menganggap pernikahan sebagai perjalanan panjang. Kebahagiaan dunia-akhirat.” *** Keluarga adalah tembok batu masyarakat. Sama seperti bagaimana balok-balok batu menopang bangunan, demikian pula keluarga menyangga sebuah masyarakat. Sayangnya kini dunia sedang mengalami krisis peradaban, tak sedikit keluarga retak, kekerasan dalam rumah tangga meroket tidak terkendali, masalah kesehatan mental anak-anak meningkat, arus antipernikahan melonjak. Maka kita perlu memberikan jawaban baru untuk pertanyaan-pertanyaan lama.
“Kesulitan dunia pernikahan setua sejarah manusia itu sendiri. Bahkan sejak sejarah peradaban Hittit, artefak-artefak tentang permasalahan ibu mertua telah ditemukan.” tutur Prof. Nevzat, “Lalu Apa yang bisa kita lakukan dalam hubungan keluarga dan bagaimana membangun kehidupan rumah tangga bahagia dalam terang cerita dan puisi Rumi?
“Dengan kisah-kisah yang menakjubkan, khususnya bagi mereka yang dahaga mencari-cari, Maulana Rumi membuat hati orang-orang demikian luluh dan meleleh. Karena kisah-kisahnya mampu menarik perhatian begitu mendalam, mempermudah dan mengurai banyak masalah kekeluargaan yang awalnya tidak terselesaikan dan tidak dibahas, dan membuatnya lebih mudah untuk mencari solusi,” lanjutnya.
Sebagai seorang dokter, psikiater, dan neuropsikolog, Prof. Nevzat berhasil menggunakan Kitab Matsnawi—himpunan kisah dan syair Rumi—sebagai panduan bagaimana dinamika pasangan dan komunikasi orangtua dengan anak-anak mereka harus ditingkatkan. Ia menawarkan peta pertumbuhan spiritual untuk pasangan dan orangtua dengan saran penyembuhan dari cerita. **** Prof. Nevzat menyelami karya agung Mualana Jalaluddin Rumi, mengklasifikasi berdasarkan topik-topik kekinian, dan mewedarkannya menjadi bahan untuk sebuah terapi dan “pengobata