Perempuan-perempuan dalam Tempurung terjebak dalam ikatan suci yang ganjil. Mereka berhadapan dengan kemerdekaan atas tubuhnya, persoalan agama, budaya, dan norma masyarakat. Perempuan-perempuan yang berhadapan dengan banyak ironi: mereka menginginkan ketenangan, anak, dan suami di tengah kejengahan institusi keluarga; mereka mencari cinta, kasih sayang di antara ambiguitas dan kegamangan hidup; mereka ingin merdeka menentukan hidup dan impian di antara hal-hal yang membuatnya takut akan hidup itu sendiri. Perempuan-perempuan yang kadang gagap berhadapan dengan tubuhnya sendiri. Perempuan-perempuan yang kadang tak mengenal dirinya sendiri. Perempuan-perempuan yang kemudian bertanya: menjadi perempuan anugerah, ataukah kutukan?