Presiden Pertama RI Sukarno dan Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev itu bersahabat erat, cenderung intim. Kendati demikian, mereka tidak pernah saling memengaruhi secara ideologi. Mereka kukuh pada pandangan politik masing-masing: Sukarno teguh pada sosialisme khas Indonesia yang berketuhanan, Khrushchev kukuh dengan sosialisme-komunis-ateisnya. Maka, kalau masih ada yang berpikiran jika Sukarno adalah seorang komunis, dan itu gara-gara dipengaruhi Khrushchev, jelas dia sangat perlu membaca buku ini.
Banyak fakta sejarah membuktikan jika Sukarno dan Khrushchev menempatkan persahabatan mereka lebih tinggi daripada sekadar urusan politik. Fakta-fakta seperti itulah yang selama ini hampir tidak pernah sampai kepada publik, karena wacana yang membahasnya sangat minim. Untungnya Sigit Aris Prasetyo, diplomat muda yang cukup cermat membaca sejarah, berhasil menggali, mengumpulkan, dan menjahit fakta-fakta sejarah itu, lalu mengolahnya menjadi sebuah bacaan yang bergizi.
Buku ini memberi kita pelajaran penting yang dilupakan oleh kebanyakan manusia modern, yang mabuk terombang-ambing badai globalisasi-kapitalistik: Bahwa kemanusiaan itu lebih penting daripada pertarungan ideologi politik. Itulah pesan penting dari persahabatan Sukarno dan Khrushchev.