Cerita perang dalam karya Arafat Nur tidak semata-mata hadir sebagai tragedi, melainkan juga sesuatu yang menghibur lewat gaya bertutur narator (atau tokoh cerita) yang ada kalanya jenaka—juga natural. Dengan gaya seperti itu, fakta-fakta sejarah perang bersenjata yang lekat dengan peristiwa pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan kekejaman lainnya, hadir di hadapan pembaca sebagai kisah tanpa beban. —Yetti A.KA