Ramadhan sering kali hanya di maknai sebagai ritual fisik rutin belaka. Memang jasad menahan lapar, dahaga, dan syahwat dari sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Namun, sudahkah telinga, mata, dan perasaan ‘dipuasakan’?
Banyak orang yang semangat tadarus Al-Qur’an namun hanya memperhatinkan target khatam, tanpa penghayatan dan menyepelekan kaidah tajwid. Padahal bacaan yang tartil (perlahan-lahan) dan pendek namun disertai penghayatan itu lebih baik di banding bacaan yang panjang namun tergesa-gesa.
Banyak pula imam shalat tarawih yang melaksanakan shalat tanpa perenungan serta tanpa ketenangan dalam rukuk dan sujudnya. Akibatnya, tumakninah yang merupakan rukun shalat, khusyuk serta menghadirkan hati di hadapan-Nya, terabaikan.
Inti dan spirit ibadah adalah menyerahkan hati pada Allah. “Berdiri” saja dalam shalat tidaklah cukup tanpa hati yang tulus menghadap Allah di dalamnya. Namun, “berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk ” (Al-Baqarah:238).
Buku ini tidak bermaksud menggembosi anda untuk mengurangi porsi ibadah. Juga tak hendak menggurui anda membahas hukum-hukum, problemtika, dan fatwa-fatwa tentang Ramadhan secara luas. Sekadar ingin mengingatkan kita tentang spirit ketaatan dan semangat ibadah pada bulan yang mulia ini, agar di dalam diri tumbuh sebuah ‘rangsangan’ ketaatan yang terus-menerus terpupuk hingga menjadi sebuah ‘tabiat’ pada bulan-bulan berikutnya. Semoga ibadah Ramadhan anda jadi terasa nikmat dan ‘sepenuh hati’.