Susastra pantura? Dari telembuk alias pelacur sampai santri adalah para tokoh dalam kumpulan cerita pendek ini. Sebuah kolase: tentang peradaban urban pinggiran, yang dalam kemiskinannya tiada pernah putus asa meraih kebahagiaan. Namun kebahagiaan macam apakah yang sahih dalam dunia seperti itu? Kedung Darma Romansha mengisi ruang kosong sastra sejak novel Telembuk, begitu juga dengan Rab(b)i ini, tempat penulisnya terus berdangdut dengan mumpuni. Ya, kiranya istilah susastra dangdut sungguh relevan, sebagai genre baru yang lebih dari layak untuk terus digali. Telembuk maupun Rab(b)i adalah terapi bagi susastra Indonesia, yang kelewat dipenuhi kasus-kasus kejiwaan elitis kosmopolitan.
— Seno Gumira Ajidarma, sastrawan
Membaca kumpulan cerpen ini, penulis mengajak pembaca ikut merayakan kehidupan kaum marjinal yang penuh harapan, suka-duka, dan sarat gugatan.
—Sha Ine Febriyanti, aktris film/teater
CATATAN TOKO bonus buku
setiap pembelian 2 buku gratis 1 buku pilihan kami. berlaku kelipatan (promo tidak berlaku untuk paket hemat & flazzsale)