Sepertinya, setiap zaman selalu melahirkan tokoh-tokohnya sendiri. Tidak terkecuali pada awal abad ke-20; sebuah masa transisi di mana pergerakan nasional tumbuh subur di tanah jajahan Hindia Belanda, yakni Indonesia. Era itu menandai kegelisahan sebuah “bangsa jajahan” untuk mencari identitas baru dalam haru-biru gejolak masa transisi yang pelik sekaligus menyakitkan.
Salah satu tokoh terkenal pada masa itu adalah Ki Ageng Suryomentaram, yang lahir pada 20 Mei 1892, di Keraton Yogyakarta. Ia ialah anak ke-55 Sultan Hamengku Buwono VII. Ia termasuk seorang pemikir Jawa, yang sosok dan buah pemikirannya dijadikan sebagai topik penting dalam keseluruhan uraian buku ini. Di antaranya, tentang ilmu nyata dan ilmu keyakinan, mawas diri sebagai sumber pengetahuan sejati, ilmu tentang diri dan masyarakat, pendidikan untuk menajamkan rasa dan rasio, perkawinan sebagai pemenuhan sekaligus pengendalian hasrat, pegangan hidup, dll.
Semangat yang diusung oleh Ki Ageng Suryomentaram adalah mengajak kita untuk berpikir rasional. Namun, rasionalitas Ki Ageng memiliki corak yang agak berbeda dengan rasionalitas Barat secara umum yang angkuh dan kaku. Kawruh Jiwa adalah sistem pengetahuan rasional yang memiliki ciri reflektif, karena di dalamnya terliput dimensi rasa atau afeksi, kapasitas psikologis yang dalam tradisi Barat terbedakan secara tegas dengan rasio. Jika rasionalitas Barat berciri self-centered maka rasionalitas Kawruh Jiwa bersifat relationship-centered, karena ciri akomodatifnya yang menempatkan rasa orang lain sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya mencapai kebenaran dan kebahagiaan.
Judul Buku: Psikologi Suryomentaraman Penulis: Afthonul Afif Penerbit: IRCiSoD, 2020 Kategori: Psychology ISBN: 9786237378303 Bahasa: Indonesia Dimensi: 14 x 20 cm | Softcover Tebal: 238 hlm | Bookpaper