Platon – biasa ditulis dengan Plato. Atas pertimbangan bahwa sudah seharusnya namanya ditulis sesuai dengan penyebutan nama aslinya dalam bahasa Yunani ??????, Plát?n atau Platon – maka kita akan menggunakan nama Platon ini (seorang filsuf Yunani yang hidup pada 428/427 – 347/346 Sebelum Masehi). Buku berjudul Lakhes atau Tentang Keberanian adalah teks Platon dari masa muda yang berciri sokratik (berciri sanggahan dan aporetik). Buku ini memuat diskusi antara Sokrates dengan beberapa jenderal perang Nikias (posisi logos: berani harus dilandaskan pada ilmu) dan Lakhes (posisi ergon: berani adalah soal tindakan nyata). Lewat perdebatan ergon-logos dalam dialog Lakhes, Platon menawarkan definisi keberanian yang ujud nyatanya adalah Sokrates, gurunya. Pendiri Tempo yang pernah bertempur melawan otoritarisme militer Orde Baru berpendapat: “Bagi saya, keberanian bukanlah seperti tabung atau saluran yang kosong, sebuah penyalur yang netral dari nilai. Bagi saya, keberanian dan nilai sebuah fenomena dwi-tunggal. Bahkan bagi mereka yang menempuh jalan kekerasan yang brutal, baik yang digerakkan Usamah bin Laden maupun yang lahir dari cita-cita kemerdekaan Israel, Aljazair dan Palestina – di mana para ‘teroris’ kemudian dilihat dan disebut sebagai ‘pejuang’ – keberanian justru jalin menjalin dengan yang diyakini sebagai apa yang baik dan benar, misalnya keadilan (Goenawan Mohamad, “Lakhes”).