Di masa kini, ingar-bingar umat manusia membuat sisi religiusitas dan spiritualitas begitu terkikis. Banyak orang, atau bahkan kita sendiri, semakin tidak peduli dengan pemenuhan akan kebutuhan rohani. Dengan demikian, kita menjadi semakin abai terhadap nilai-nilai kehidupan. Dalam pandangan kita, falsafah kehidupan itu terlihat
kabur.
Oleh karena itu, kita menjadi sosok-sosok yang kering akan spiritualitas dan religiusitas. Akibatnya, kebijaksanaan tergerus dan tampillah sisi egoisme dan apatisme. Jika sudah demikian halnya, hendaknya kita menceburkan diri dalam lautan hikmah. Ia sangat luas sehingga jika kita menyeberanginya kita akan semakin sadar dan paham terhadap nilai-nilai karena pikiran kita akan tersentuh hikmah itu. Jika kita menyelaminya, maka hati kita akan terisi oleh hikmah tersebut.
Hikmah adalah kebijaksanaan. Jika kebijaksanaan itu hilang dalam kehidupan umat manusia, maka hilang pula kualitas manusia sebagai makhluk yang istimewa. Sebaliknya, jika kebijaksanaan itu menguat dalam kehidupan umat manusia, maka manusia akan berhati luas, berlapang dada, berpikiran bijak, dan berperilaku bajik berhiaskan akhlak yang mulia. Dengan begitu, manusia memang mempunyai kualitas