Buku Penelitian Fenomenologis ini hadir sebagai respons terhadap kekosongan literatur tentang pendekatan fenomenologis yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Keterbatasan itu telah menggelembungkan banyak pertanyaan tentang apa itu penelitian fenomenologis dan bagaimana menjalankan penelitian fenomenologis. Ada dua pengalaman pribadi yang telah memicu penulisan buku ini. Pengalaman yang pertama adalah pengalaman berkumpul dengan mahasiswa dan bertanyajawab tentang penelitian fenomenologis. Pertanyan-pertanyaan praktis yang mereka ajukan membantu saya memetakan kebutuhan peneliti-peneliti fenomenologis di tengah kekosongan literatur. Pengalaman yang kedua adalah pengalaman mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih teoretis dan konseptual dari teman-teman sejawat yang berprofesi sebagai dosen. Ada tren yang sedikit mengejutkan belakangan ini, yaitu penelitian fenomenologis telah berkembang melampaui psikologi. Beberapa disiplin lain di luar psikologi juga bisa merasakan manfaatnya. Belum lama berselang, saya dihubungi secara terpisah oleh dua mahasiswa akuntansi yang tertarik menggunakan penelitian fenomenologis untuk memahami pengalaman pribadi akuntan terkait dengan pelaksanaan kebijakan tertentu. Tampaknya, penelitian fenomenologis menarik untuk digunakan secara interdisipliner atau lintas-keilmuan. Sejauh ini bidang-bidang yang bisa dideteksi menggunakan pendekatan fenomenologis adalah keperawatan, kedokteran, komunikasi, kepustakaan, pendidikan, dan arsitektur. Perluasan manfaat dari penelitian fenomenologis seperti itu bisa dimengerti karena fenomenologi memang terkait dengan pengalaman manusia. Di mana ada orang yang mengalami, di situ penelitian fenomenologis bisa digunakan. Selamat membaca!