Kalimat Demotivasi I Tak selamanya hal-hal positif itu baik. Belakangan ini kata toxic positivity merebak di dunia maya, padahal jika dipenggal, kedua kata itu memiliki makna yang bertolak belakang. Dilansir dari Psychology Today, pengertian dari toxic positivity ialah kondisi di mana seseorang hanya berfokus pada hal-hal positif namun mengenyampingkan hal negatif. Misal, jika ada teman yang sedih, terkadang kata-kata “udah jangan sedih…”malah tidak mengobati rasa sakit temannya. Alih-alih berkata demikian, kalimat it’s ok not to be ok bisa lebih melegakan.
Pada akhirnya, kita memang membutuhkan hal-hal pahit untuk tahu apa itu rasa manis. Seperti halnya kalimat demotivasi untuk menetralisir inflasi kalimat motivasi. Di mana, seringkali motivasi hanya menjadi kenikmatan sesaat tanpa solusi. Untuk itu, Syarif Maulana pun hadir dengan buku Kumpulan Kalimat Demotivasi, Panduan Menjalani Hidup Dengan Biasa-Biasa Saja.
Syarif berharap, pembaca bukunya ini akan lebih kritis dan realistis dalam menghadapi hidup. Juga tidak mudah jatuh dalam ilusi keseharian yang menyuruh kita untuk terus semangat dan berpikir positif.
“Bisa jadi, di balik kalimat yang memotivasi, ada kepentingan yang berbahaya dan menyebabkan pikiran dan tubuh kita tidak awas menghadapi segala gejolak dan perubahan yang ditimbulkan oleh hidup,” tulis Syarif pada kata pengantar buku bersampul kuning itu.
Kalimat Demotivasi II Demotivasi bukanlah sesuatu yang baru. Sejak peradaban manusia menggaungkan aneka jargon tentang kemajuan dan oencerahan, sikap demotivasional juga muncul bersamaan sebagai antitesis: mengingatkan kita bahwa hidup hanya kesia-siaan, sebuah labirin yang tidak membawa kita ke mana-mana. Demotivasi mungkin obat yang pahit, tetapi semoga saja bisa menyembuhkan.