Detail Mengungkap Rahasia Bull Market Terhebat Sepanjang Sejarah Hary Suwanda
Saya pertama kali berkenalan dengan dunia saham pada tahun 2003, dan saat itu adalah salah satu zaman keemasan Bursa Efek Indonesia. Beli saham apa saja di tahun itu untung. Ternyata tahun 2003 adalah awal dimulainya Secular Bull Market pertama di Bursa Efek Indonesia. Hingga tahun 2007, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan hingga 578,56%. Memasuki tahun 2008, situasi berbalik. IHSG mengalami koreksi sebesar 61,6%. Penyebabnya adalah krisis Subprime Mortgage di Amerika Serikat. Guna menanggulangi krisis ini, Bank Sentral AS, The Fed, menggelontorkan Quantitative Easing sebesar 4,5 triliun US Dollar. Akibatnya sejak tahun 2009, Bursa Saham Amerika pun mulai pulih. Dan sejalan dengan pulihnya Bursa Saham Amerika, IHSG juga bergerak naik. Tahun 2009 menjadi titik awal zaman keemasan IHSG yang kedua. Kini di tahun 2020, dunia mengalami pandemi global. Bank Sentral AS, The Fed, kembali menggelontorkan likuiditas secara masif, Quantitative Easing tanpa batas. Apakah ada pengaruh likuiditas yang diciptakan The Fed terhadap pasar saham di negara berkembang seperti Indonesia? Dalam buku ini saya mencoba melakukan Analisis Intermarket, yang merupakan salah satu cabang Analisis Teknikal yang meneliti berbagai korelasi antara golongan aset yang satu dengan yang lainnya, guna mengantisipasi pengaruh likuiditas US Dollar terhadap potensi Secular Bull Market di IHSG.
+ Harga Toko 80.000 + Kondisi Buku : Segel ( Baru ), Original + Informasi melalui Chat / diskusi produk untuk menanyakan detail / stok produk di Dojo Buku.