Eda sangat sayang kakeknya, Mbah Tanto. Demikian juga sebaliknya. Setiap liburan, Eda selalu mengunjungi kakeknya. Selain bersepeda, Eda dapat makan klepon sepuasnya. Namun, ia tidak suka ketika banyak orang mengatakan ia mirip kakeknya. Eda membandingkan, bahwa kakeknya memiliki kumis, sedang ia tidak. Tentu ini tidak dapat dikatakan mirip. Meskipun demikian, ia senang ketika dikatakan memiliki senyuman yang mirip. Akhirnya, Eda menyadari bahwa di balik kumis kakeknya, ada senyum yang selalu membuatnya ingin kembali berlibur ke rumah Kakek.