Salak Pondoh dipilih menjadi flora identitas Kabupaten Sleman karena merupakan jenis tanaman Salak khas di wilayah Sleman dan telah menjadi kebanggaan masyarakat Sleman.
Salak Pondoh bermula pada tahun 1917 dari seorang Jogoboyo desa Kapanewon - Tempel, Sleman bernama Partodiredjo yang menerima kenang-kenangan empat butir biji salak dari seorang warga negara Belanda yang akan kembali ke negerinya karena masa tugasnya telah berakhir. Biji Salak yang kemudian ditanam dan dibudidayakannya dengan baik ternyata menghasilkan buah yang manis dan tidak sepat, tidak seperti buah Salak yang selama itu dikenalnya. Pada tahun 1948-an tanaman Salak tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Muhadiwinarto (putra Partodiredjo) warga Sokobinangun, Merdikorejo, Tempel. Karena kelebihannya dalam hal rasa, tanaman salak tersebut cepat berkembang pesat penyebarannya. Bahkan pada saat ini pengembangan salak pondoh, mulai merambah ke luar wilayah Sleman (sumber: situs slemankab.go.id).
Olahan buah salak terus ditingkatkan sejak setidaknya satu dekade terakhir. Tidak cuma dari pemerintahan daerah, kreativitas itu didorong kepada para petani untuk tidak sekadar menjual salak berupa buah segar. Terlebih, jika sedang memasuki musim panen maka harga salak kerap anjlok dan banyak salak yang belum tersalurkan. Bentuk olahan salak tersebut bernilai jual tinggi dan tahan lama, seperti keripik, bakpia, geplak, kue, asinan, manisan, sampai nastar.
Kripik Salak Pondoh diolah dari buah salak segar yang digorengkeringkan menggunakan alat penggoreng bertekanan (vacuum fryer) untuk mempertahankan rasa salak dan meminimalkan penyerapan minyak dalam kripik.
Komposisi: Salak Pondoh Super Minyak Sawit Berat Bersih dalam kemasan: 50 gram
Diproduksi oleh: KSU BMT Sejahtera (KSPPS MHS) Sleman Yogyakarta Dinkes P-IRT No. 2143404011062-25 Sertifikasi MUI No. 12120005171118