“I Putu Koplak alias Koplak adalah lelaki koplak yang memandang beragam persoalan hidup dengan cara karikatural. Apa pun yang terjadi bagi Koplak adalah lelucon. Koplak adalah seorang kepala desa—di Bali biasa juga disebut perbekel—di Desa Sawut. Ia seorang petani, hidup dari hasil-hasil pertanian di sebuah desa yang tenang dengan warga yang saling cinta. Sebagai kepala desa, Koplak tak diciptakan sebagaimana tokoh penguasa yang angkuh dan mudah menyelesaikan persoalan dengan alat-alat kekuasaan. Koplak diciptakan sebagai manusia yang punya rasa cinta khas dari desa yang kadang konyol, tetapi tidak mudah dipahami. Maka jangan heran, saat membaca serial “Koplak”, kita berpikir Koplak adalah penguasa yang cengeng, gampang menangis, dan terkesan lemah jika berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang keluarga, hubungan antarwarga, dan hubungan kemanusiaan antarpejabat dengan rakyatnya.” — Made Adnyana Ole, pimpinan redaksi. “Koplak, cerita lelaki yang rambutnya bersalju ini sungguh kocak. Selalu ada yang jenaka di tengah hidup yang getir. Selalu ada yang getir di tengah potret masyarakat yang penuh lelucon.” — Yos Rizal Suriaji, Redaktur Pelaksana Koran Tempo Akhir Pekan.