“Slindet” adalah sebuah potret kelam masyarakat desa yang terjebak dalam budaya dan mentalitas kemiskinan struktural: budaya dan mentalitas “pasangan Saritem dan Sukirman” yang telah melanggengkan kemiskinan, kejumudan, kemaksiatan, dan kemudaratan yang berkelindan dari generasi ke generasi. Keberhasilan Kedung Darma Romansha merekonstruksi “realita” kelam tersebut hanya bisa dicapai oleh penulis yang (pernah) menjadi bagian dari dan merasakan secara langsung ritme kehidupan mereka, di samping tentu saja yang memiliki kualitas emosional yang begitu terjaga dalam proses kreatifnya. Saya merasakan Romansha sebagai penulis muda yang sangat potensial dan dapat memberikan warnanya pada peta sastra Indonesia. Keep on writing.
—Hery M. Saripudin Mantan Konjen RI di Jeddah dan penikmat sastra
Sebuah karya yang lahir dari perjalanan mata yang tidak hanya melihat. Rasa yang dalam, muncul dari tiap lembar kehidupan di sebuah kota kecil, yang penuh dengan kegetiran. Kita seolah dibawa ke sebuah dunia yang KITA sendiri, pembaca, yang mengalaminya.
—Teuku Rifnu Wikana Aktor film/teater
Tidak banyak penulis novel sekaligus penyair, namun juga pemain teater yang tumbuh pasca generasi 80. Oleh karena itu, membaca karya Kedung Darma ini akan mendapatkan personalitas berceritanya yang tidak lepas dari latar belakangnya. Sebuah karya yang patut dibaca.
—Garin Nugroho Sineas
Kedung Darma Romansha memang liar dan tengah menderita dendam. Dendam seorang santri pada tanah kelahirannya yang sangat ia cintai. Ia kerasukan dan novel Kelir Slindet inilah yang menjadi saksinya.
—Joni Ariadinata Sastrawan dan Redaktur basabasi.co
CATATAN TOKO bonus buku
setiap pembelian 2 buku gratis 1 buku pilihan kami. berlaku kelipatan (promo tidak berlaku untuk paket hemat & flazzsale)