Kupadamkan cahaya sekeliling untuk mengingatmu di tengah malam yang cerah ini. Langit dan udara membawa jernih suaramu masuk ke relung terdalam semesta diriku. Semesta diriku dulu punya nama dan bahasa, dan seketika kehilangan sesuatu yang berharga dari dirinya. Tak lagi banyak yang ia punya kini, kecuali sesuatu yang tidak berarti apa-apa. . Di ujung sana ada pagi, dan matahari belum tentu dapat menyeka sisa kesedihan yang telah merembes jauh ke dalam diriku. Kumiliki kesedihan dan alasan, sebaik kumiliki kenangan dan dirimu. . Orang-orang dapat berdiri di pinggir jalan, berdesak-desakan dan kelihatan baik-baik saja tanpa memasukkan kenangan ke dalam saku untuk mengusapnya setiap kali kehilangan datang mengancam, tapi kau tahu ke mana semua kebahagiaan mereka terbang, menghablur, atau sekedar menjadi bukan apa-apa. . Aku hanya dapat berharap pada sesuatu yang tidak berarti apa-apa itu jika semesta diriku akhirnya benar-benar kehilangan kemampuan menghasilkan gaung dan memadamkan ingatanku.