Negeri ini memang tidak buyar. tapi sekian banyak orang telah mati, lapar, miskin dan terbuang sebagai pengungsi. Sejak Orde Baru berkuasa sebenarnaya penderitaan rakyat telah bermula dan sudah menjadi takdir sosial kalau detita itu tanpa akhir. Dulu memang negeri ini diperjuangkan oleh segelintir intelektual yang berada bersama-sama rakyat dan merasakan langsung derita yang dialami. Mereka seperti kekuatan nurani rakyat yang memiliki pendidikan dan kedudukan sosial yang lebih baik. Kaum intelektual ini tidak buta terhadap kenyataan sosial yang timpang dan tanpa ragu turun lapangan memimpin langsung perjuangan. Hari-hari ini kita menyaksikan gerbong intelektual itu berderet panjang dan melihat bagaimana kiprah mereka yang tak jarang mendukung secara fanatik rezim imperialis modal. Mereka mungkin terlambat untuk belajar sejarah dan sudah tentu enggan merasakan derita yang dirasakan rakyat. Tulisan ini memang menggoreskan sesuatu yang lain karena mengingatkan kembali mandat cendekiawan yang berada di tengah masyarakat terbuang. Tulisan ini menjaga kembali warisan suci tugas seorang intelektuan, yakni berjuang menegakkan dan mempertahankan martabat rakyat dari ancaman kolonialisme modal.