Masa pendudukan Inggris yang singkat di Jawa (1811-1816) di akhir Perang Napoleon merupakan titik penting dalam sejarah modern Indonesia. Untuk pertama kali, Pemerintah Kolonial mempunyai cukup aset militer untuk menaklukkan raja-raja pribumi yang sebelumnya meraih daulat yang signifikan. Kekuasaan Eropa yang mutlak ini pun didukung oleh politik kolonial baru berupa pajak tanah (land-rent), hukum Eropa, dan sistem sentralisasi Pemerintah. Terjadilah pergeseran mendasar dalam hubungan politik antara Pemerintah Eropa di Batavia dan kekuasaan lokal di pedalaman Jawa.
Walaupun banyak tulisan dari perspektif Inggris tentang periode ini—khususnya mengenai Letnan Gubernur Inggris, Thomas Stamford Raffles (1781-1826)—sedikit sekali diketahui tentang pandangan Jawa terhadap perubahan mendasar yang diprakarsai Inggris tersebut. Inggris di Jawa mengupas sebuah babad (tarikh Jawa dalam bentuk sanjak), berupa buku harian yang ditulis seorang pangeran senior di Yogyakarta, Pangeran Aryo Panular (sekitar 1772-1826). Memoar Panular yang amat pribadi ini memperlihatkan sejarah pendudukan Inggris di Jawa dari perspektif yang berbeda—yaitu perspektif Keraton Yogya.
Dimulai tepat pada saat serangan Inggris ke Yogya pada pagi buta 20 Juni 1812 dan diakhiri tak lama sebelum Inggris menyerahkan koloni kembali kepada Belanda pada 19 Agustus 1816, catatan sejarah yang ditulis Panular tersebut menghidupkan kembali berbagai kejadian di tanah kerajaan Jawa pada tahun-tahun pendudukan Inggris. Selain itu, Panular pun memberikan pandangan yang unik tentang sosok Jawa dan Inggris, termasuk Pangeran Diponegoro dan Raffles. Ini semua disajikan dalam bentuk uraian sinopsis yang mudah dibaca, dan dilengkapi CD berisi transliterasi babad dan catatan sejarah yang terperinci.