Sejak mula, Ho Chi Minh menunjukkan diri sebagai bukan hanya patriot dan pemimpin, tetapi juga bapak dan guru bagi rakyat Vietnam. Sosoknya bersahaja. Kharismatik. Dikagumi kawan dan lawan. William J. Duiker, dalam biografi Ho Chi Minh, menyebutkan, “Ho Chi Minh adalah separuh Lenin dan separuh Gandhi.”
Meski teks proklamasi kemerdekaan telah dibacakan pada 2 September 1945, perjuangan Paman Ho untuk Vietnam belum usai. Masih ada jalan terjal yang harus dilewati; menghadapi Prancis yang ingin kembali menguasai bekas koloninya dan Amerika Serikat yang ingin membendung komunisme.
Dalam buku Sarinah, Sukarno menyebut: “…di mana rantai imperialisme itu paling lemah? Di Indonesia dan Vietnam.” Ho Chi Minh bersahabat dekat dengan Sukarno. Keduanya ingin menggalang solidaritas negara-negara terjajah untuk melawan kolonialisme dan imperialisme. Atas usul Sukarno, Paman Ho mendapatkan gelar doktor honoris causa dari Universitas Padjadjaran, Bandung. Ho Chi Minh pun sempat berkunjung ke Bandung, bersamaan dengan peresmian Institut Teknologi Bandung (ITB).